"ARSITEKTUR"
Arsitektur..menurut saya kata
tersebut pas untuk mewakili sebuah bidang ilmu yang membutuhkan imajinasi serta
ide yang super cemerlang. Dalam menggeluti bidang tersebut kita dituntut untuk
mempunyai daya kreatifitas yang lebih, karena yang kita buat adalah sebuah
bangunan yang sangat berdampak pada situasi dan kondisi baik dahulu, sekarang
sampai masa depan. Sukses atau tidaknya sebuah bangunan ada di tangan kita, dan
sukses atau tidaknya kita ada pada hasil bangunan yang kita buat. Bangunan yang
baik adalah bangunan yang dapat bertahan lama baik dari segi konstruksi maupun
segi estetis, bangunan yang baik tidak akan termakan oleh waktu dan akan tetap
terlihat menarik walaupun sudah berumur tua. Contoh bangunan yang baik salah
satunya ialah Lawang Sewu yang tetap kokoh dan selalu terlihat menarik sampai
saat ini.
Lawang Sewu
Seorang arsitek bukan hanya merancang dan membuat
sebuah bangunan agar terlihat lebih estetis dan lebih menarik, namun juga harus
mengamati alam sekitarnya dan juga memikirkan cara mengolah dan memanfaatkan
alam tanpa harus merusaknya. Konsep green arsitektur adalah salah satu konsep
yang menerapkan faktor alam ke dalam rancangannya.
Contoh bangunan berkonsep Green Arsitektur
Latar belakang ketertarikan saya terhadap ilmu
arsitektur bersumber dari hobby saya yang meluap-luap terhadap dunia seni, saya
ingin menyalurkan hobby saya ke dalam wadah yang menurut saya lebih menjamin.
Arsitek memang bukan cita-cita saya sejak kecil, tiap kali seseorang bertanya
apa cita-cita saya, dengan amat sangat lugu saya menjawab ‘dokter’ tanpa alasan
yang mendasari jawaban tersebut, karena mungkin hanya dokter yang sering saya
jumpai dibandingkan bidang profesi yang menjamin lainnya.
Masa SMA merupakan masa yang meng-ambigukan, karena
setelah lulus saya hanya dibekali teori-teori tanpa penerapan dalam lapangan
dan secara otomatis saya tidak mempunyai keterampilan apapun selain teori. Saya
menyadari hal tersebut setelah saya telah manginjak bangku kelas 3 dan saya pun
menyadari tak ada gunanya lagi saya memikirkan hal itu karena masa-masa transisi
telah bersiap menyambut lembaran hidup saya. IPA adalah jurusan yang saya
tekuni semasa SMA, terasa berat memang karena yang saya pelajari hampir semua
ber-hitung dan ber-rumus tanpa ada rasa ‘greget’ selama saya mencoba mengingat
dan memahami rumus-rumus tersebut. Alhasil, belum genap satu tahun saya meninggalkannya,
tak ada lagi sisa-sisa ingatan tentang rumus-rumus tersebut, dan hanya sebuah
kenangan pahit saya dalam berusaha menghafal berlembar-lembar rumus yang saya
rangkum sendiri. Terasa indah memang saat merangkum rumus, namun pahit rasanya
dalam menghafalkannya, dan lebih pahit rasanya jika dari berlembar-lembar rumus
tersebut hanya keluar dua atau tiga soal dalam soal UN, terlebih soal tersebut
merupakan soal yang memerlukan penguraian panjang dalam menghitung, apalagi
setelah memakan banyak waktu tak ada satupun jawaban yang mirip (nyrempetpun
tidak). Lebih baik ada jawaban yang mirip dengan jawaban kita meskipun jawaban
itu salah daripada berjam-jam mencari jawaban dan tak ada satu jawaban yang
nyrempet dengan jawaban saya.
Lulus SMA tujuan utama saya adalah kuliah, saya yang
telah dibekali dengan bakat seni dengan yakin saya memilih program study Teknik
Arsitektur karena saya sangat tertarik dengan ilmu arsitektur dan ingin
mendalami dan terjun langsung ke dunia arsitektur. Awal-awal masuk kuliah saya
masih berpikiran bahwa menjadi seorang arsitek itu gampang, namun setelah saya pelajari
ternyata arsitektur itu sangat menakjubkan namun mempelajarinya sangat menguras
energi. Teknik Arsitektur merupakan ilmu mengenai bangunan dan otomatis di
dalam rombel lulusan SMK jurusan bangunan lebih menonjol dibandingkan lulusan
SMA karena di SMK sudah dibekali berbagai ilmu pengantar dan penjelas tentang
cara bagaimana menggambar dan pengertian hal-hal yang berhubungan dengan
bangunan.
Dosen sangat berbeda dengan guru. Guru selalu
mengajar dan mendidik siswa-siswanya, menuntun secara satu-persatu bagaimana
menyelesaikan beberapa masalah. Sedangkan dosen hanya mengajar saja, para
mahasiswa sudah di anggap dewasa dan dituntut sudah paham dan mengerti apa yang
diajarkan oleh dosen tanpa membedakan lulusan SMK dengan SMA yang jelas berbeda
pengetahuan tentang jurusan yang dipelajari. Solusinya adalah harus rajin
bolak-balik ke perpustakaan meminjam buku-buku, walaupun sang buku hanya
berpindah tempat dari perpustakaan ke kos-kosan dan sebaliknya tanpa tersentuh.
Menumpuknya tugas menjadi faktor yang mempengaruhi minat baca, walaupun faktor
yang paling utama adalah kemalasan.
Tugas besar selalu hadir menjelang akhir semester
dalam perkuliahan Teknik Arsitektur. Tugas besar adalah tugas dimana kita harus
merancang sebuah rumah atau sebuah gedung dengan mempertimbangkan berbagai
faktor. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam mempertimbangkan berbagai
faktor, kita diharuskan “assistensi” memberikan data atau sebagian hasil kerja
kita apakah sudah tepat atau belum. Dosen yang mengampuh tiap mata kuliah
tidaklah satu, tetapi ada dua bahkan tiga dosen sekaligus. Hal ini yang
menyulitkan kita dalam proses assistensi karena kita harus assistensi kepada
dosen-dosen yang lain. Pemikiran dan kreatifitas antara dosen yang satu dengan
dosen yang lain jelas berbeda, mungkin saat kita assistensi ke dosen 1 disuruh
A tapi ke dosen 2 di suruh B. Jadi kita harus pintar-pintar menyimpulkan
pendapat dan saran dari semua dosen, misal jika dosen 1 menyuruh A dan dosen 2
menyuruh B maka kita dapat mengambil jalan tengah antara A dan B yaitu A,5.
Lebih banyak dosen yang mengampuh tiap mata kuliah, maka dalam mencerna
pemikiran-pemikiran dari tiap dosen akan lebih sulit, tetapi yang jelas kita
akan lebih banyak mendapat wawasan dari tiap dosen tersebut.
Sampai saat ini saya tetap mencintai arsitektur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar