Senin, 05 Mei 2014

GREEN ARCHITECTURE




Dewasa ini banyak kita jumpai bangunan-bangunan gedung maupun rumah yang sudah sangat modern. Semua serba ada, serba bisa, elektronik dan serba mesin. Namun di antara bangunan-bangunan modern tersebut banyak yang mengesampingkan keadaan lingkungan dan lebih mengutamakan kemudahan semata. Banyak yang tidak menyadari dampak dari penggunaan energi elektronik dan mesin yang berlebihan, dan banyak juga yang tahu dampaknya tetapi selalu acuh dan tidak mencari solusinya. Maka muncullah konsep green architecture dari arsitektur yang lebih mengutamakan lingkungan.

Apa Itu Green Architecture??

Mendengar kata green architacture pasti yang pertama muncul dalam benak kita adalah bangunan yang bernuansa hijau akan tumbuh-tumbuhan. Ya, memang demikian namun tidak hanya sebatas itu. Konsep pembangunan arsitektur hijau atau yang dikenal green architecture adalah konsep pembangunan yang  menekankan efisiensi dalam menggunakan air, energy dan material bangunan, mulai dari tahapan desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan tersebut. 

     Bangunan hijau yang hemat energi dalam hal ini sudah tentu akan membatasi lahan yang terbangun, layout yang sederhana, penggunaan material baru dengan kualitas yang sepadan dan keseimbangan biaya pelaksanaan. Untuk penggunaan material bahan bangunan hendaknya dilakukan dengan tepat dan berkualitas. Tingkat kualitas suatu bahan bangunan ni sangat berpengaruh kepada harga, oleh karena itu penetapan anggaran biaya sebaiknya dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran agar bangunan tetap berkualitas.

Bagaimana Penerapan Green Architecture??
 
Industri bahan bangunan saat ini harus berperan penting dalam menghasilakn bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan, seperti mencari bahan – bahan alternative yang dapat mengurangi emisi CO2. Diperlukan juga sumber bahan bangunan yang dapat didaur ulang dan tidak mengganggu keseimbangan ekosistem alam. Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca dan baja adalah salah satu contoh bahan baku dalam pembuatan sebuah rumah yang berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan hijau yang ramah lingkungan. Zaman dahulu kerangka bangunan utama dan atap masih menggunakan material kayu, kini setelah isu penebangan liar akibat pembabatan kayu hutan yang tidak terkendali, perlahan – lahan industry bahan bangunan mulai menggunakan material baja sebagai pengganti material kayu.
Kusen jendela dan pintu saat ini juga sudah mulai digunakan bahan aluminium. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang, bebas racun, bebas perawatan dan praktis dan dengan desain yang khusus dapat juga mencegah bising. Bahan dinding yang digunakan harus dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik seperti batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan. Material ini dapat menahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air yang rendah, kedap suara dan dapat menyerap panas matahari secara signifikan. Untuk bagian dalam rumah seperti wallpaper dapat diganti dengan menggunakan keramik. Selain memberikan kemudahan dalam perawatan dan pembersihan, menggunakan keramik sebagai bahan dinding dapat menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi dan tentu saja dapat menekan biaya perawatan dan cat ulang jika menggunakan bahan wallpaper atau dinding biasa. Untuk penghematan listrik dapat digunakan sistem tangki air. Penggunaan tangki air untuk kebutuhan sanitasi maupun kebutuhan – kebutuhan lain yang menggunakan air dirasakan sangat berpengaruh terhadap biaya listrik. Hal ini tak lain akibat daya tarikan mesin air yang banyak menyedot energy listrik.




Hal – hal yang disebutkan diatas adalah beberapa contoh kecil perubahan – perubahan konsep dalam melakukan pembangunan dan renovasi rumah/bangunan yang ramah lingkungan dan hemat energy. Dengan menerapkan beberapa konsep diatas maka fungsi bangunan hijau/ramah lingkungan sebagai konsep bangunan hemat financial tapi bermutu dapat dipenuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar