Dewasa ini banyak kita jumpai bangunan-bangunan gedung maupun rumah yang sudah sangat modern. Semua serba ada, serba bisa, elektronik dan serba mesin. Namun di antara bangunan-bangunan modern tersebut banyak yang mengesampingkan keadaan lingkungan dan lebih mengutamakan kemudahan semata. Banyak yang tidak menyadari dampak dari penggunaan energi elektronik dan mesin yang berlebihan, dan banyak juga yang tahu dampaknya tetapi selalu acuh dan tidak mencari solusinya. Maka muncullah konsep green architecture dari arsitektur yang lebih mengutamakan lingkungan.
Apa Itu Green Architecture??
Mendengar kata green architacture pasti yang pertama muncul dalam benak kita adalah bangunan yang bernuansa hijau akan tumbuh-tumbuhan. Ya, memang demikian namun tidak hanya sebatas itu. Konsep pembangunan arsitektur hijau atau yang dikenal green architecture adalah konsep pembangunan yang menekankan efisiensi dalam menggunakan air, energy dan material bangunan, mulai dari tahapan desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan tersebut.
Bangunan hijau yang hemat energi dalam hal ini sudah tentu akan membatasi lahan yang terbangun, layout yang sederhana, penggunaan material baru dengan kualitas yang sepadan dan keseimbangan biaya pelaksanaan. Untuk penggunaan material bahan bangunan hendaknya dilakukan dengan tepat dan berkualitas. Tingkat kualitas suatu bahan bangunan ni sangat berpengaruh kepada harga, oleh karena itu penetapan anggaran biaya sebaiknya dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran agar bangunan tetap berkualitas.
Bagaimana Penerapan Green Architecture??
Industri bahan bangunan saat ini harus berperan
penting dalam menghasilakn bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah
lingkungan, seperti mencari bahan – bahan alternative yang dapat mengurangi
emisi CO2. Diperlukan juga sumber bahan bangunan yang dapat didaur ulang dan
tidak mengganggu keseimbangan ekosistem alam. Semen, keramik, batu bata,
aluminium, kaca dan baja adalah salah satu contoh bahan baku dalam pembuatan
sebuah rumah yang berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan hijau yang
ramah lingkungan. Zaman dahulu kerangka bangunan utama dan atap masih
menggunakan material kayu, kini setelah isu penebangan liar akibat pembabatan
kayu hutan yang tidak terkendali, perlahan – lahan industry bahan bangunan
mulai menggunakan material baja sebagai pengganti material kayu.
Kusen jendela dan pintu saat ini juga sudah mulai
digunakan bahan aluminium. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang,
bebas racun, bebas perawatan dan praktis dan dengan desain yang khusus dapat
juga mencegah bising. Bahan dinding yang digunakan harus dipilih yang mampu menyerap
panas matahari dengan baik seperti batu bata alami atau fabrikasi batu bata
ringan. Material ini dapat menahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya
serap air yang rendah, kedap suara dan dapat menyerap panas matahari secara
signifikan. Untuk bagian dalam rumah seperti wallpaper dapat diganti dengan
menggunakan keramik. Selain memberikan kemudahan dalam perawatan dan
pembersihan, menggunakan keramik sebagai bahan dinding dapat menyuguhkan
suasana ruang yang bervariasi dan tentu saja dapat menekan biaya perawatan dan
cat ulang jika menggunakan bahan wallpaper atau dinding biasa. Untuk
penghematan listrik dapat digunakan sistem tangki air. Penggunaan tangki air
untuk kebutuhan sanitasi maupun kebutuhan – kebutuhan lain yang menggunakan air
dirasakan sangat berpengaruh terhadap biaya listrik. Hal ini tak lain akibat
daya tarikan mesin air yang banyak menyedot energy listrik.
Hal – hal yang disebutkan diatas adalah beberapa contoh kecil perubahan – perubahan konsep dalam melakukan pembangunan dan renovasi rumah/bangunan yang ramah lingkungan dan hemat energy. Dengan menerapkan beberapa konsep diatas maka fungsi bangunan hijau/ramah lingkungan sebagai konsep bangunan hemat financial tapi bermutu dapat dipenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar